Teknologi pada Struktur Bangunan Tahan Gempa
16 April 2018 16:33
Indonesia merupakan Negara yang cukup akrab dengan bencana gempa bumi, karena letaknya yang berada di antara 3 lempengan aktif. Ketika gempa datang menerjang tentunya membuat panik masyarakat, sedangkan objek yang paling terpengaruh oleh efek gempa adalah bangunan (gedung, rumah, apartement, dll). Jika bangunan yang dibuat tidak cukup kuat, maka akan mengalami keretakan bahkan langsung ambruk ketika gempa melanda.
Sebenarnya saat ini sudah banyak teknologi yang diklaim sebagai “penahan gempa” pada bangunan. Bukan berarti bangunan tidak hancur sama sekali, setidaknya ketika terjadi gempa dengan skala besar maka bangunan tidak langsung ambruk sehingga para penghuni bangunan bisa langsung menyelamatkan diri.
Selain itu, struktur bangunan tahan gempa juga bisa diartikan sebagai bangunan yang mampu meredam getaran gempa sehingga efeknya tidak terlalu besar terhadap bangunan. Pada dasarnya rumah anti gempa menerapkan beberapa prinsip seperti prinsip fleksibilitas, prinsip kekakuan dan prinsip penahan.
Teknologi PPBM (Poly Propelybe Band Mesh)
Tahun 2016 lalu University of Tokyo, Meguro Laboratorium dan JICA bersama PIP2B Yogyakarta memperkenalkan sebuah konstruksi rumah yang sangat aman dan tahan gempa dengan biaya pembangunan yang jauh lebih murah.
sumber gambar: uty.ac.id
Rumah tahan gempa ini menggunakan teknologi PPBM (Polypropelyne Band Mesh). Teknologi ini merupakan penguat dinding yang menggunakan tali poly propelyne untuk mengikat dinding bangunan sehingga dinding tetap kuat dan tidak langsung runtuh ketika gempa.
Teknologi ini sangat cocok untuk perumahan di Indonesia karena sebagian besar bangunan masih menggunakan batu bata untuk bagian dindingnya. Tali Propelyne ini akan menahan dinding bangunan ketika terjadi gempa sehingga penghuni rumah masih memiliki waktu untuk menyelamatkan diri.
Base Isolation
Penggunaan base isolation sebenarnya bukan alat dengan teknologi tinggi, dasarnya menggunakan fleksibilitas seperti karet, maka dari itu base isolation sering disebut bantalan karet. Alat ini sangat ampuh untuk meredam getaran gempa sehingga struktur bangunan tetap terjaga.
sumber gambar: sdese.com
Bantalan karet ini biasanya diterapkan di antara bagian pondasi bangunan. Bagian atas dan bawah base isolation dilapisi lempengan baja dengan tujuan untuk menambah tingkat kekakuan pada karet, dengan begitu penurunan yang terjadi akibat tumpuan bangunan di atas bantalan karet tidak terlalu besar.
Dengan adanya bantalan karet ini maka bangunan bisa bergerak fleksibel ketika gempa secara horizontal. Bantalan karet mampu menahan daya reaksi sebesar 70% karena secara alami dapat bergerak secara fleksibel dan mampu menyerap energi yang dihasilkan oleh gempa.
Early Warning System Gempa
Selain memasang berbagai alat untuk meredam gempa, dibutuhkan juga suatu teknologi yang mampu “bertindak” secara langsung ketika terjadi gempa. Early Warning System Gempa merupakan teknologi berupa instrument yang terhubung dengan seluruh sistem di dalam gedung.
Ketika gempa terjadi, sistem akan mematikan semua listrik secara otomatis (lift, lampu, cctv, escalator, dll). Kemudian akan dibunyikan alarm sebagai warning atau peringatan bahwa sedang ada gempa sehingga para penghuni gedung bisa langsung menyelamatkan diri.
Early Warning System menggunakan teknologi berupa sensor yang dipasang di beberapa titik pada struktur gedung. Sensor yang terhubung dengan program AI (Artificial Intelligence) akan mempelajari kondisi sekitar dengan menganalisa getaran, sehingga sensor bisa membedakan antara getaran yang ditimbulkan dengan sengaja (kendaraan, alat berat, dll) dengan getaran gempa bumi.
Testindo menyediakan layanan pemasangan instrument Early Warning System Gempa. Informasi pemesanan silakan hubungi Telepon: (021) 29563045, Whatsapp: 0813 9929 1909, Email: sales@testindo.com
Another Blog
-
Perbedaan NDT (non Destructive Test) dengan DT…
-
Longsor di Lereng Gunung Lawu Akibat Hujan Deras
-
3 Inovasi Terbaik di Bidang Engineering
-
Mengenal Monitoring System Pada Kapal